Sunday, June 17, 2007,7:55 PM
moga Bunda disayang Allah
Sore ini saya menamatkan lagi satu novel. Novel ini adalah satu di antara sekian puluh novel yang tlah saya baca. Judulnya "Moga Bunda Disayang Allah" karya tere-liye. Sebelumnya saya juga pernah membaca "Hafalan Sholat Delisa" dan "Rembulan Tenggelam di Wajahmu" dari pengarang yang sama. Kali ini juga untuk kesekian kali, saya merelakan air mata jatuh ke bumi.

Novel ini diilhami dari salah satu kisah nyata yang paling mengharukan, dan ditulis kembali dari salah satu film terbaik sepanjang masa. Novel ini bercerita tentang anak kecil yang bernama Melati, yang pada umur tiga tahun mengalami kecelakaan kecil yang menyebabkan ia tidak bisa melihat alias buta, tidak bisa mendengar alias tuli, dan tidak bisa berbicara alias bisu. Saya sendiri pun tidak bisa membayangkan kejadian tersebut, karena jarang sekali seseorang yang mempunyai cacat mata dan telinga sekaligus dari kecil. Jika seseorang buta, maka ia masih mempunyai telinga yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia. Jika seseorang tuli (jika cacat dari kecil, biasanya juga bisu), maka ia masih mempunyai mata untuk berhubungan dengan dunia luar. Namun jika cacat buta, tuli, dan bisu bersinergi maka otomatis hampir semua akses untuk berhubungan dengan dunia luar pun akan tertutup. Demikian juga dengan yang menimpa Melati, gadis kecil yang diceritakan dalam novel ini.

Perkembangan dunia anak yang begitu lamban dari seorang melati ini, terjadi tiga tahun lamanya, hingga akhirnya Bunda (ibunya Melati) bertemu dengan Karang (red -mantan anak jalanan yang sangat mencintai anak-anak dengan masa lalu yang begitu menyesakkan karena suatu kejadian dalam hidupnya yang membuatnya merasa bersalah sepanjang sisa hidupnya). Lewat tangan Karang inilah, Allah berkenan menunjukkan segala kuasa-Nya kepada Melati agar manusia bisa mengambil pelajaran dari garis hidup yang mungkin terkesan bagi sebagian manusia bahwa Allah itu tidak adil. Melalui bimbingan Karang inilah, akhirnya Melati bisa makan make sendok, duduk di kursi, dan akhirnya dapat mengenal dunia lewat telapak tangannya.

Mungkin juga, sebagian dari kita pernah menyaksikkan peristiwa yang sejenis di sekitar kita. Dan mungkin juga ketika salah satu di antara kita meliahatnya, timbul sebuah prasangka yang mempertanyakan keadilan Allah. Tapi satu hal yang harus menjadi satu keyakinan kita.....
bahwa Allah adalah Maha Adil, apapun yang terjadi Allah adalah Maha Adil. Mungkin kita saja yang tidak pernah mengerti di mana letak keadilan Allah. Mungkin karena kita terlalu bodoh untuk memahami keadilan tersebut, dan yang pasti bukan karena Allah tidak Adil.
Novel ini sangat bagus bagi siapapun yang menginginkan sebuah pencerahan jiwa yang mungkin kekeringan karena aktivitas dunia yang begitu menyibukkan, hingga terkadang membuat kita terlupa bahwa suatu saat, kita akan kembali pada-Nya.

Thanks buat tere-liye yang Allah memberikan kemampuan lebih untuk memberikan hikmah
lewat tulisan. Ditunggu karya-karya selanjutnya..


-----------------------------------
Sehabis Isya', 17 Juni 2007, at office

Labels:

 
posted by - g0En pRaSt - Permalink ¤